perbandingan poster film ori dan rebootnya |
Beberapa waktu belakangan, sepertinya sineas Indonesia kembali mau menggarap film horror dengan lebih serius. Seperti kita ketahui bersama, selama 8 tahun ke belakang film horror lokal mendapat citra negatif karena lebih mirip film semi bokep ketimbang film horror. Dan lucunya.. film-film tersebut malah justru laku keras di pasaran.
Padahal jauh beberapa dekade yang lalu, film horror Indonesia pernah mencapai masa jaya-jayanya. Yang seumuran denganku masa kanak kanaknya pasti sangat terhantui dengan sosok-sosok hantu legendaris seperti si manis jembatan ancol, atau juga sosok Almh Sussana yang berperan sebagai sundel bolong. Dan jujur, hingga kini aku sendiri masih trauma untuk menonton film-film tersebut.
Diantara banyaknya film horror di era itu, ada satu film yang sangat sukses dan diakui dunia Internasional sebagai film horror terseram. Judul film tersebut adalah Pengabdi Setan (rilis tahun 1980)
Mungkin atas dasar prestasi itu, Joko Anwar (salah satu sutradara lokal favoritku) memutuskan untuk mereboot film tersebut. Bisa dibayangkan bagaimana film klasik terseram dikemas oleh salah satu sutradara terbaik Indonesia? Mari kita kupas..
Pengabdi Setan Versi Joko Anwar (ke depannya mungkin kita sebut PS Reboot saja) Mengisahkan tentang sebuah keluarga yang baru saja ditinggal sosok ibu setelah 2 tahun lebih sakit keras. Sepeninggal sang ibu, berbagai kejadian gaib terjadi di rumah tersebut hingga menyebabkan ke 4 anaknya mengalami pengalaman horror yang mengerikan. Apa yang sebenarnya disembunyikan sang ayah sehingga arwah ibu seolah tidak tenang dan selalu menghantui mereka?
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------
Satu kata untuk film ini: BEST!!
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------
Ini dia film horror Lokal yang aku tunggu selama ini. Joko Anwar sepertinya belajar banyak dari bagaimana kesuksesan film-film horror luar. Masih ingat dengan tulisanku sebelumnya tentang review Annabelle Creation? (kalo belum pernah baca, silahkan klik disini) Nah, gaya joko Anwar dalam menghidupkan film ini hampir mirip dengan gaya David F. Sandberg di film Annabelle creation. Mengapa? karena mereka sangat pandai untuk mengeksplore suatu benda untuk menciptakan keseraman.
Sedikit gambaran: sisir, lonceng, sumur, musik jadul, foto di dinding, sprei adalah jenis benda yang harus kita waspadai sepanjang durasi film.
Joko Anwar juga selalu sukses menempatkan penampakan pada timing yang tepat. Sudah bukan rahasia lagi, kalau senjata utama dari film horror yang selalu efektif adalah dengan teknik mengagetkan penonton. Sepertinya tak perlu aku rincikan adegan adegannya karena tentu akan mengurangi kenikmatan kalian saat menontonnya. hee..
Bicara soal akting, Joko Anwar selaku sutradara selalu selektif dalam pemilihan aktris dan aktor. Hal itu membuat segala schene di sepanjang film ini berjalan dengan natural dan tidak ada komplain dari aku pribadi. Yang paling menarik perhatian tentu saja akting polos si bungsu Ian. Berakting sebagai anak tunawicara, rasanya tak ada satupun dari penonton yang tidak bersimpati pada aksi aksi lucunya saat beradu dengan kakaknya yang penakut.
Yap, Joko Anwar tidak lupa menyelipkan adegan adegan lucu di film ini. Yang membuat pengalaman menonton film ini akan sama seperti saat kita naik wahana Roller Coaster. Kita akan berteriak, kita akan ketakutan.. tetapi FUN!!
Lalu, bagaimana dengan versi Originalnya yang rilis tahun 1980 lalu?
Kebetulan malam tadi aku baru menonton di salah satu channel TV swasta. Dan akhirnya terpikir untuk menulis review perbandingan ini.
Ada beberapa perbedaan antara PS Ori dan PS reboot ini, meski tetap mengambil tema yang sama, yaitu Keluarga yang jauh dari Tuhan, dan baru kehilangan seorang Ibu.
Adapun beberapa perbedaan itu antara lain:
- PS ori hanya 2 bersaudara, PS Reboot 4 bersaudara
- PS ori bercerita tentang keluarga kaya, PS reboot keluarga yang sedang kesulitan keuangan
- PS ori menghadirkan penjaga kebun yang sakit sakitan(asma), PS reboot menampilkan nenek (ibu dari sang ayah) yang sakit asma juga.
- Storylinenya beda. (ga bisa dibahas lebih lanjut, karena akan mengurangi twistnya saat menonton PS reboot)
Pada akhirnya, setiap film yang dibuat kembali, entah itu reboot atau remake pasti akan dibanding bandingkan dengan film originalnya. Lantas kemudian akan muncul pertanyaan klasik, Bagus mana?
Untuk pertanyaan ini, aku pribadi tidak bisa menjawab secara langsung.
PS reboot dibuat dengan perencanaan yang begitu matang, dan nyaris sempurna dari semua aspek. Film ini juga tetap ingin mempertahankan nuansa klasik dari film originalnya.
Namun sesuatu yang klasik akan tetap memiliki tempat sendiri dan penikmat sendiri. Dengan Scoring sederhana, tune seadanya, angle kamera yang biasa biasa saja justru membuat PS Ori tetap seram, bahkan ketika ditonton di era yang sudah serba canggih ini. Mungkin ketulusanlah yang membuat sesuatu yang klasik akan selalu dikenang sebagai karya yang abadi.
Kekurangan paling mendasar dari film klasik adalah dari segi cerita. Jikalau PS Reboot dikemas secara kompleks dengan twist, PS Ori justru menawarkan adegan-adegan yang kalau kita pikirkan di zaman sekarang ini adalah sesuatu yang aneh. Namun lagi-lagi ke klasikan filmlah yang memberi nilai tambah pada versi originalnya.
Kesimpulannya, jangan bandingkan kedua film ini, biarkan mereka berdiri sendiri-sendiri. Dengan kesuksesan mereka sendiri-sendiri.
NB: tulisan ini dibuat untuk beberapa teman yang penasaran dengan film Pengabdi setan yang lagi tayang di bioskop. Menjawab pertanyaan kalian: apakah film ini layak tonton?
Jawabanku: Karena di Banjarmasin kita tidak bisa membeli tiket Roller Coaster, jadi sepertinya tiket Pengabdi Setan adalah sesuatu yang bisa jadi alternatif.
Comments
Post a Comment