Skip to main content

Review Film: The Secret Life Of Walter Mitty


Walter Mitty adalah seorang pria lajang 42 tahun yang bekerja sebagai Manajer  Negatif Foto Unit di perusahaan penerbitan majalah LIFE. Tidak ada yang istimewa dalam kisah hidupnya. Semuanya berjalan biasa biasa saja, bahkan terlalu biasa hingga Ia tidak punya pengalaman berharga untuk dituliskan saat mengisi form pendaftaran biro jodoh online yang diikutinya. Dibalik sisi kehidupan nyatanya yang telalu biasa, Walter ternyata memiliki imajinasi yang luar biasa. Begitu luar biasanya sampai-sampai kadang ia kehilangan kesadaran terhadap dunia nyata, hal itu tentu saja membuatnya mendapat masalah dalam kehidupannya, tak terkecuali terhadap Ted Hendricks, "Atasan" barunya.

Dalam masa transisi pada proses akuisisi majalah LIFE menjadi situs online, Walter mendapat sorotan tajam dari Ted terkait permintaan langsung dari fotografer majalah LIFE Sean O' Connel untuk menerbitkan foto di negatif nomor 25 sebagai cover dalam edisi terakhir majalah LIFE. Yang jadi permasalahan adalah, Walter tidak bisa menemukan dimana negatif foto nomor 25 itu. Ditengah waktu yang semakin sempit dan juga ancaman pemecatan, Walter mau tidak mau harus berani "keluar" untuk mencari keberadaan Sean O'Connel dan menanyakan tentang negatif nomor 25 itu. Satu satunya petunjuk yang bisa mengantarkannya Pada Sean hanyalah foto foto pada negatif nomor 23,24, dan 26. Dengan bantuan semangat dari  Cheryl Melhoff , Wanita yang ditaksirnya ia memberanikan diri untuk melakukan petualangan gila yang akan menuntunnya pada arti hidup yang sebenarnya.

Awesome !!!
The Secret Life Of Walter Mitty ini adalah film yang keren!! Hal pertama yang membuat aku jatuh cinta dengan film ini adalah karena gambar-gambar yang ditampilkan begitu nyaman dipandang. Sang sinematografer rupanya paham betul dalam menerapkan teori teori fotografi seperti rule of third, pemanfaatan garis-garis, horizon dan lain sebagainya. Maka tak heran jika aku merasa film ini begitu lekat dengan nuansa fotografi (disamping cerita yang memang mengangkat tema tentang pencarian fotografer).


Hal kedua yang aku suka adalah musik yang mengiringi film ini begitu nyaman di telinga. Setiap lirik maupun hentakan musiknya seirama dengan adegan dalam film, yang senantiasa menggambarkan suasana pada setiap adegan tersebut.
Story atau ceritanya pun juga bisa dibilang ringan, fresh, dan inspiratif. Meski ada beberapa adegan yang dirasa tidak masuk akal, namun secara keseluruhan cerita ini begitu menginspirasi. Bagian favoritku adalah saat Walter bertemu Sean yang sedang fokus memotret Macan Salju (atau apalah namanya). Walter heran mengapa Sean tak kunjung memencet shutter untuk mengambil gambar sang macan ketika ia sudah muncul.

 Walter Mitty: When are you going to take it?
Sean O'Connell: Sometimes I don't. If I like a moment, for me, personally, I don't like to have the distraction of the camera. I just want to stay in it.
Walter Mitty: Stay in it?
Sean O'Connell: Yeah. Right there. Right here.

Kesimpulan: The Secret Of Walter Mitty adalah film yang ringan, segar namun tetap berbobot. Bagi para fotografer mungkin film ini bisa dijadikan referensi sebagai inspirasi baik itu dari segi cara pengambilan gambar, ataupun juga jiwa dan dedikasi terhadap fotografi itu sendiri.

Nilai: 8 dari 10

Comments

Post a Comment

Popular posts from this blog

JNE, Yakin Esok Sampai? ga yakin!

Di era belanja online yang kini sudah semakin membudaya, seharusnya pihak ekspedisi berlomba untuk meningkatkan pelayanannya agar tidak tergeser oleh kompetitor. Tapi sepertinya hal tersebut tidak diprioritaskan oleh salah satu jasa ekpedisi yang sudah cukup lama dan populer, JNE. JNE sendiri memiliki layanan andalan yaitu YES (Yakin Esok Sampai) dimana mereka menjamin barang yang dikirim pada suatu hari akan sampai ke tujuan keesokan harinya, meski pada hari minggu atau hari libur lainnya (berlaku hanya untuk daerah-daerah tertentu saja). Bahkan mereka berani memberikan jaminan biaya kirim kembali apabila kiriman tidak diterima pada keesokan harinya melewati pukul 23:59

Awas, jangan langsung percaya dengan struk bukti transfer.

Zaman serba online seperti sekarang ini memang membuat ruang pemasaran menjadi semakin luas, yang tentu saja membuat para pedagang bahagia, karena persentase penjualan bisa semakin meningkat. Namun hal tersebut bukannya tanpa kekurangan. Kalo dalam film superhero, pasti akan selalu ada tokoh jahat yang hadir dalam sebuah cerita. Tokoh yang selalu mampu memanfaatkan situasi untuk kepentingan dan kepuasan dirinya sendiri. Nah dalam dunia transaksi online juga pasti akan ada orang orang yang mampu berpikir out of the box alias suka bikin kalut dan pantas digebuk seperti itu. Sebelumnya, aku sudah pernah menulis tentang tips berbelanja online yang aman, yaitu disini dan disini . Nah, kali ini aku akan menulis dari sisi penjual barang. Ternyata modus penipuan tidak hanya menimpa pembeli saja loh. Penjual pun ternyata berpotensi untuk jadi korban penipuan. Loh, gimana caranya? Kebetulan kemarin aku mengalami sendiri dan hampir saja kena tipu. Jadi kupikir tak ada salahnya kuceritakan...

Review Film Pengabdi Setan (1980 & 2017)

perbandingan poster film ori dan rebootnya Beberapa waktu belakangan, sepertinya sineas Indonesia kembali mau menggarap film horror dengan lebih serius. Seperti kita ketahui bersama, selama 8 tahun ke belakang film horror lokal mendapat citra negatif karena lebih mirip film semi bokep ketimbang film horror. Dan lucunya.. film-film tersebut malah justru laku keras di pasaran. Padahal jauh beberapa dekade yang lalu, film horror Indonesia pernah mencapai masa jaya-jayanya. Yang seumuran denganku masa kanak kanaknya pasti sangat terhantui dengan sosok-sosok hantu legendaris seperti si manis jembatan ancol, atau juga sosok Almh Sussana yang berperan sebagai sundel bolong. Dan jujur, hingga kini aku sendiri masih trauma untuk menonton film-film tersebut. Diantara banyaknya film horror di era itu, ada satu film yang sangat sukses dan diakui dunia Internasional sebagai film horror terseram. Judul film tersebut adalah Pengabdi Setan (rilis tahun 1980) Mungkin atas dasar prestasi itu,...