ada satu cerita tentang seorang anak yg cukup cerdas namun tak bisa mengendalikan amarahnya. sadar akan kelemahannya itu, iapun bertanya pd ayahnya; "ayah, kadang aku kesal dg kelakuan teman2ku. bolehkah aku marah pada mereka?"
sang ayah menjawab; "boleh, tapi setiap kali kau memarahi mereka, ambil sebilah paku dan tancapkan pada papan ini" katanya sambil menyodorkan sebuah papan kecil.
meski tak begitu mengerti maksud sang ayah, namun anak itu tetap mengambil papan tsb dan pergi bermain dg teman temannya,,,
Sekitar dua jam kemudian ia pulang ke rumah. setelah mandi ia duduk di teras sambil memperhatikan papan kecil pemberian ayahnya tadi.
sang ayah menghampiri anak tsb, ia tampak terkejut melihat papan yg kini ditancapi sekitar 15 paku itu.
"wow,, tampaknya kau dapat banyak hari ini" candanya
sang anak hanya diam sambil terus memperhatikan papan tsb.
"ada yang mengganggu pikiranmu anakku?"
"mereka..." anak itu menunjuk pada 4 paku yg tertancap cukup dalam pd papan
"Anton, Fendi, Rudi, Iwan. mereka tak seharusnya aku marahi, mereka cuma kena pelampiasan kemarahanku pd teman yg lain"
"jika demikian cabutlah paku itu. tak ada gunanya kau membiarkannya menancap lebih lama dsana" sahut sang ayah sambil tersenyum
"lalu ini..." sang anak kembali menunjuk sebuah paku
"aku sudah tidak kesal padanya. kami sudah bermaafan. aku jg menyesal telah memarahinya"
"kalau begitu kau juga harus mencabut paku itu. tancapkan paku jika kau marah atau kesal pada seseorang dan cabut jika kekesalanmu telah hilang" kata sang ayah
anak itu mengangguk mengerti dan kemudian masuk ke kamarnya,,,
satu jam kemudian dia keluar dari kamar. sambil tersenyum ia memperlihatkan papan yang kini sudah tak ada lagi paku tertancap d atasnya.
"aku sudah tidak marah lagi pada mereka. sekarang aku sadar tak ada gunanya menyimpan kekesalan dan dendam. lebih baik tulus memaafkan, dengan begitu hidup jadi lebih menyenangkan" katanya
"bagus anakku, tampaknya kau cepat belajar dan memahami arti dari memaafkan. tapi sebenarnya pelajaran yg ingin ayah tanamkan adalah tentang pengendalian diri" jawab sang ayah
anak itu menatap ayahnya dg penuh tanda tanya
"sekarang coba kau lihat lagi papan itu" lanjutnya
anak itu melihat papan yg ada d tangannya. memang tak ada lagi paku d sana. tapi lubang2 bekas tusukan paku td sungguh telah merusak kemulusan papan itu.
sang ayahpun memberikan penjelasan;
"kadang saat marah kita tanpa sengaja mengeluarkan kata2 yg menyinggung perasaan org lain. seperti halnya papan itu, hati org lain jg akan terluka dan meninggalkan bekas selamanya. kita bs saja meminta maaf atau mencabut paku itu, tp meskipun ia sudah memaafkan kita, namun ucapan/tindakan kita yg telah menggores hatinya tdk akan bisa ia lupakan selamanya. untuk itu jagalah perilakumu, terutama mulutmu.
jangan biarkan amarah membuat ia menjadi tak terkendali dan membuat orang lain tersakiti"
sang anak hanya terdiam sambil melihat papan d tangannya dg tatapan kosong
* * *
Sumber cerita: unknown
Diceritakan kembali oleh: arief
Comments
Post a Comment