Seperti kisah kisah orang kebanyakan, aku juga merasakan cinta pertamaku saat duduk di bangku sekolah, waktu itu tepatnya pada kelas 2 SMA.
...
...
Pagi itu hujan gerimis.. Namun tetap saja kukayuh sepedaku menerjang rintik air kecil yang jatuh dari langit tersebut, andai saja hari ini tak ada ulangan akuntansi, mungkin aku sudah minta izin untuk tidak masuk sekolah dengan seribu alasan. Guru akuntansiku memang terkenal killer, takkan ada yang namanya ulangan susulan. Maka dari itu terus kupaksa kakiku mengayuh menempuh jarak 6 km untuk bisa sampai ke sekolah.
Yang namanya hujan, biarpun cuma sedikit tapi tetap saja udara dingin. Akibatnya entah kenapa aku jadi bersin beberapa kali di dalam kelas.
Akhirnya ulangan itu selesai juga, kupikir nilaiku kali ini bakalan jeblok karena aku sama sekali tidak konsen mengerjakannya.
jam istirahat kali ini rencananya akan kuhabiskan dengan hanya duduk duduk di depan ruang kelas.
"arif sakit ya?"
kutengok suara lembut itu, ternyata reni. Kebetulan ia duduk disebelahku, jadi tampaknya tadi mau tidak mau harus memperhatikan aku yang sekali kali memecah keheningan kelas dengan suara bersinku.
mendapat pertanyaan dadakan seperti itu dari seorang cewe membuatku gugup.
Aku memang tidak pandai bicara dengan wanita, aku selalu grogi bila berhadapan dengan generasi hawa tersebut. Apalagi menatap mata mereka! Pasti lidahku akan membeku jika mereka memaksa bertatapan mata saat bicara.
ia lalu menyodorkan satu tablet obat flu untukku.
"musim ujan kayak gini rawan banget kena penyakit, makanya aku bawa ini. Buat jaga jaga" lanjutnya.
"makasih" kataku sambil merogoh kantong, mencari uang 500 perak.
"tidak usah diganti, aku masih punya banyak kok. Lagian kupikir km harus cepat minum obat, kalau tidak nanti bisa sakit beneran lho.. Ntar kalau mau obat lagi bilang ma aku ya?" ia mengatakan itu sambil tersenyum. Sumpah! Senyumnya maniiis.. sekali. Belum pernah kuliat senyum semanis itu di dunia ini, bahkan oleh artis di TV sekalipun!
Aku yang terpesona tak lagi bisa berkata apa apa, kecuali hanya mengangguk tanpa ekspresi
...
Sejak saat itu aku jadi semangat pergi ke sekolah, aku merasa ruang kelasku adalah tempat terindah karena ada hiasan terindah bernama reni terpajang disana. Dialah sumber cahayaku, yang menuntunku untuk melangkah maju.
Mungkin bagi orang lain ia tak sesempurna seperti yang kulihat dimataku, dari segi fisik ia biasa saja. Tidak putih, tidak juga hitam. Wajahnya juga standar, bukan wajah yang membuat lelaki terpana sejak pandangan pertama. Prestasinya di kelas juga tak istimewa, bahkan nilaiku selalu lebih baik darinya. Tapi entah mengapa, kehadirannya selalu membuat jantungku berdegup 100X lebih cepat dari biasanya. Mungkinkah aku telah jatuh cinta padanya?
Tidak!! Aku tidak boleh jatuh cinta padanya! Siapalah diriku ini? Apalah yang bisa dibanggakan dari diriku ini..? Dia tak kan mau menerimaku sebagai kekasihnya. Aku pasti akan hancur jika mencintainya.
Demi kebaikan, akhirnya kuputuskan untuk mengubur dalam dalam perasaanku itu...
Tapi. yang namanya satu kelas, ditambah duduk bersebelahan, mau tidak mau aku akan selalu berinteraksi dengannya. Apalagi dia sering mengajakku ngobrol dan bertanya masalah pelajaran. Bahkan, kuketahui ternyata dia tipe cewe yang sangat perhatian. Ia akan menegurku jika ada kukuku yang panjang, atau ketika rambutku mulai gondrong. Ia bahkan mengajarkan aku bagaimana cara menembak cewe ataupun merespon tembakan dari cewe. Sungguh, sikapnya yang seperti ini membuatku tak berdaya.
Aku takkan bisa mengindari dia dan pesonanya. Setiap gerak gerik tubuhnya membawa pikiranku melayang ke angkasa, wangi parfumnya membuatku merasa bagai di surga.. Perlahan namun pasti, bayangnya semakin memenuhi seluruh ruang di hatiku
...
Pertahananku jebol juga, akhirnya aku sadar inilah cinta! Cinta ini telah tumbuh dan bersemi dengan indahnya. Dan akan semakin mekar karena disiram setiap hari dengan senyum manisnya. Aku tak bisa berontak lagi. Dalam hati aku tlah mengakui kalau aku memang mencintaimu reni.
...
Segalanya berjalan baik, namun aku masih saja tak berani mengutarakan perasaanku padanya. Bagiku tak masalah. Toh, semuanya sempurna. Aku selalu dekat dengannya, aku selalu bisa memandangnya dan mengagumi setiap lekuk wajahnya. Hanya saja ia tak tau kalau aku benar benar mencintainya, jadi mungkin ia menganggap segala perhatianku hanya sebatas jalinan pertemanan saja.
...
Reni tergolong anak yang supel di sekolah. Bisa dilihat dari banyaknya teman yang dimilikinya. Jika dengan aku yang pendiam saja ia bisa akrab, tentu dengan orang lain ia juga akan mudah untuk menyesuaikan diri. Celakanya aku kurang menyadari bahaya yang akan ditimbulkan oleh sifatnya tersebut.
...
Siang itu hujan turun lebat. pukul dua lebih seperempat, lonceng tanda pulang berbunyi. Hampir seluruh siswa memilih untuk menunggu hujan reda. Meski ada beberapa yang nekat menerobos dinding air tersebut dan memacu motor mereka menuju rumah masing masing, dengan memakai jas hujan tentunya. Ada juga beberapa siswa yang lebih beruntung karena bisa pulang dengan jemputan mobil orangtua mereka. Aku tak begitu peduli dengan mereka. Aku berpikir tak mungkin aku menerobos hujan selebat ini hanya dengan sepeda. Akhirnya aku dan beberapa teman lain, termasuk reni hanya menunggu di dalam kelas dan berharap hujan cepat reda
ketika sedang asik mengobrol dengan teman temanku di kelas, tiba tiba ada laki laki dari jurusan lain masuk ke kelas kami. Yang lebih mengagetkan lagi ia langsung menghampiri reni, kulihat mereka akrab sekali, sesekali reni tertawa kecil sambil mencubit lengan laki laki itu. Mesra sekali..
...
Yang kutakutkan akhirnya terjadi juga, aku patah hati. Ternyata laki laki yang belakangan kuketahui bernama rifki itu telah terlebih dahulu menyatakan perasaannya pada reni. Parahnya lagi, ternyata reni tak kuasa menolak untuk dijadikan pacar olehnya.
...
Secara perlahan, aku mulai berusaha melupakan reni. Namun tetap saja tak bisa, hatiku tlah sepenuhnya terpaut padanya. Kembali akhirnya aku hanya bisa memandang tanpa daya untuk mendapatkan. Bahkan, kupikir aku takkan punya kesempatan lagi
dalam hati aku menyesal kenapa dulu aku tidak berani menyampaikan perasaanku padanya. Kalaupun ditolak, setidaknya aku punya kepastian. Tidak menggantung seperti ini.
...
...
...
tak terasa sudah setahun lebih kujalani kisah ini. Perasaanku masih terkatung tak jelas, masih menjadi seorang pemuja rahasia reni. Namun sekarang
aku bisa tersenyum saat melihat reni bersama rifki, aku dapat merasakan kebahagiaan yang terpancar di wajahnya. kebahagiaan reni adalah kebahagiaanku juga, aku hanya ingin dia bahagia, meski aku tak harus memilikinya.
...
Hari ini acara perpisahan di sekolah. Sedih juga rasanya harus berpisah dengan teman teman yang sudah 3 tahun mengarungi bahtera bersamaku. Dan kini, bahtera kami telah merapat di dermaga. Saatnya mengucapkan selamat tinggal dan bersiap menempuh jalan masing masing..
Namun hal yang paling berat di antara semua itu adalah kenyataan bahwa aku mungkin tak akan bertemu dengan reni lagi. Hari itu, entah dapat keberanian dari mana aku menyampaikan semua perasaanku padanya. Mungkin takkan merubah keadaan, tp setidaknya aku bisa melepasnya dengan perasaan lega. Aku tak memintanya jadi pacarku, karena kutau ia sudah punya pacar. Aku hanya ingin dia tau...
Sampai sekarang masih terngiang jelas dibenakku apa yang ia katakan waktu itu;
"arif, sebenarnya reni juga suka ma arif. Tapi sekarang reni udah punya pacar.. mungkin takdir belum mengizinkan kita untuk bersama, atau mungkin tuhan tau kita kan lebih bahagia jika hidup sebagai sahabat. Km cowo yang baik. Reni yakin, suatu saat nanti km kan temukan cewe yang baik juga. Yang bisa memberikan kebahagiaan lebih dibanding yang bisa reni berikan untuk arif"
kembali aku melihat senyum manisnya itu, namun kali ini kulihat matanya agak berkaca. Ah... Maafkan aku reni.
Ternyata reni gadis yang bijak, aku sama sekali tidak sakit hati mendengarnya. Bahkan aku bahagia, meskipun kami akan sangat jarang bertemu, namun perasaanku telah sampai padanya. Dan itu akan membuatku selalu merasa dekat dengannya..
...
Kini, aku dan dia masih sering telpon telponan dan smsan. Ktemunya cuma setaun sekali, pas lebaran. Itu juga cuma sebentar, hidup kami sudah jauh berbeda. Aku sadar takkan bisa bersamanya, namun rasa yang sudah ia berikan akan tertanam dihatiku selamanya..
...
...
Pagi itu hujan gerimis.. Namun tetap saja kukayuh sepedaku menerjang rintik air kecil yang jatuh dari langit tersebut, andai saja hari ini tak ada ulangan akuntansi, mungkin aku sudah minta izin untuk tidak masuk sekolah dengan seribu alasan. Guru akuntansiku memang terkenal killer, takkan ada yang namanya ulangan susulan. Maka dari itu terus kupaksa kakiku mengayuh menempuh jarak 6 km untuk bisa sampai ke sekolah.
Yang namanya hujan, biarpun cuma sedikit tapi tetap saja udara dingin. Akibatnya entah kenapa aku jadi bersin beberapa kali di dalam kelas.
Akhirnya ulangan itu selesai juga, kupikir nilaiku kali ini bakalan jeblok karena aku sama sekali tidak konsen mengerjakannya.
jam istirahat kali ini rencananya akan kuhabiskan dengan hanya duduk duduk di depan ruang kelas.
"arif sakit ya?"
kutengok suara lembut itu, ternyata reni. Kebetulan ia duduk disebelahku, jadi tampaknya tadi mau tidak mau harus memperhatikan aku yang sekali kali memecah keheningan kelas dengan suara bersinku.
mendapat pertanyaan dadakan seperti itu dari seorang cewe membuatku gugup.
Aku memang tidak pandai bicara dengan wanita, aku selalu grogi bila berhadapan dengan generasi hawa tersebut. Apalagi menatap mata mereka! Pasti lidahku akan membeku jika mereka memaksa bertatapan mata saat bicara.
ia lalu menyodorkan satu tablet obat flu untukku.
"musim ujan kayak gini rawan banget kena penyakit, makanya aku bawa ini. Buat jaga jaga" lanjutnya.
"makasih" kataku sambil merogoh kantong, mencari uang 500 perak.
"tidak usah diganti, aku masih punya banyak kok. Lagian kupikir km harus cepat minum obat, kalau tidak nanti bisa sakit beneran lho.. Ntar kalau mau obat lagi bilang ma aku ya?" ia mengatakan itu sambil tersenyum. Sumpah! Senyumnya maniiis.. sekali. Belum pernah kuliat senyum semanis itu di dunia ini, bahkan oleh artis di TV sekalipun!
Aku yang terpesona tak lagi bisa berkata apa apa, kecuali hanya mengangguk tanpa ekspresi
...
Sejak saat itu aku jadi semangat pergi ke sekolah, aku merasa ruang kelasku adalah tempat terindah karena ada hiasan terindah bernama reni terpajang disana. Dialah sumber cahayaku, yang menuntunku untuk melangkah maju.
Mungkin bagi orang lain ia tak sesempurna seperti yang kulihat dimataku, dari segi fisik ia biasa saja. Tidak putih, tidak juga hitam. Wajahnya juga standar, bukan wajah yang membuat lelaki terpana sejak pandangan pertama. Prestasinya di kelas juga tak istimewa, bahkan nilaiku selalu lebih baik darinya. Tapi entah mengapa, kehadirannya selalu membuat jantungku berdegup 100X lebih cepat dari biasanya. Mungkinkah aku telah jatuh cinta padanya?
Tidak!! Aku tidak boleh jatuh cinta padanya! Siapalah diriku ini? Apalah yang bisa dibanggakan dari diriku ini..? Dia tak kan mau menerimaku sebagai kekasihnya. Aku pasti akan hancur jika mencintainya.
Demi kebaikan, akhirnya kuputuskan untuk mengubur dalam dalam perasaanku itu...
Tapi. yang namanya satu kelas, ditambah duduk bersebelahan, mau tidak mau aku akan selalu berinteraksi dengannya. Apalagi dia sering mengajakku ngobrol dan bertanya masalah pelajaran. Bahkan, kuketahui ternyata dia tipe cewe yang sangat perhatian. Ia akan menegurku jika ada kukuku yang panjang, atau ketika rambutku mulai gondrong. Ia bahkan mengajarkan aku bagaimana cara menembak cewe ataupun merespon tembakan dari cewe. Sungguh, sikapnya yang seperti ini membuatku tak berdaya.
Aku takkan bisa mengindari dia dan pesonanya. Setiap gerak gerik tubuhnya membawa pikiranku melayang ke angkasa, wangi parfumnya membuatku merasa bagai di surga.. Perlahan namun pasti, bayangnya semakin memenuhi seluruh ruang di hatiku
...
Pertahananku jebol juga, akhirnya aku sadar inilah cinta! Cinta ini telah tumbuh dan bersemi dengan indahnya. Dan akan semakin mekar karena disiram setiap hari dengan senyum manisnya. Aku tak bisa berontak lagi. Dalam hati aku tlah mengakui kalau aku memang mencintaimu reni.
...
Segalanya berjalan baik, namun aku masih saja tak berani mengutarakan perasaanku padanya. Bagiku tak masalah. Toh, semuanya sempurna. Aku selalu dekat dengannya, aku selalu bisa memandangnya dan mengagumi setiap lekuk wajahnya. Hanya saja ia tak tau kalau aku benar benar mencintainya, jadi mungkin ia menganggap segala perhatianku hanya sebatas jalinan pertemanan saja.
...
Reni tergolong anak yang supel di sekolah. Bisa dilihat dari banyaknya teman yang dimilikinya. Jika dengan aku yang pendiam saja ia bisa akrab, tentu dengan orang lain ia juga akan mudah untuk menyesuaikan diri. Celakanya aku kurang menyadari bahaya yang akan ditimbulkan oleh sifatnya tersebut.
...
Siang itu hujan turun lebat. pukul dua lebih seperempat, lonceng tanda pulang berbunyi. Hampir seluruh siswa memilih untuk menunggu hujan reda. Meski ada beberapa yang nekat menerobos dinding air tersebut dan memacu motor mereka menuju rumah masing masing, dengan memakai jas hujan tentunya. Ada juga beberapa siswa yang lebih beruntung karena bisa pulang dengan jemputan mobil orangtua mereka. Aku tak begitu peduli dengan mereka. Aku berpikir tak mungkin aku menerobos hujan selebat ini hanya dengan sepeda. Akhirnya aku dan beberapa teman lain, termasuk reni hanya menunggu di dalam kelas dan berharap hujan cepat reda
ketika sedang asik mengobrol dengan teman temanku di kelas, tiba tiba ada laki laki dari jurusan lain masuk ke kelas kami. Yang lebih mengagetkan lagi ia langsung menghampiri reni, kulihat mereka akrab sekali, sesekali reni tertawa kecil sambil mencubit lengan laki laki itu. Mesra sekali..
...
Yang kutakutkan akhirnya terjadi juga, aku patah hati. Ternyata laki laki yang belakangan kuketahui bernama rifki itu telah terlebih dahulu menyatakan perasaannya pada reni. Parahnya lagi, ternyata reni tak kuasa menolak untuk dijadikan pacar olehnya.
...
Secara perlahan, aku mulai berusaha melupakan reni. Namun tetap saja tak bisa, hatiku tlah sepenuhnya terpaut padanya. Kembali akhirnya aku hanya bisa memandang tanpa daya untuk mendapatkan. Bahkan, kupikir aku takkan punya kesempatan lagi
dalam hati aku menyesal kenapa dulu aku tidak berani menyampaikan perasaanku padanya. Kalaupun ditolak, setidaknya aku punya kepastian. Tidak menggantung seperti ini.
...
...
...
tak terasa sudah setahun lebih kujalani kisah ini. Perasaanku masih terkatung tak jelas, masih menjadi seorang pemuja rahasia reni. Namun sekarang
aku bisa tersenyum saat melihat reni bersama rifki, aku dapat merasakan kebahagiaan yang terpancar di wajahnya. kebahagiaan reni adalah kebahagiaanku juga, aku hanya ingin dia bahagia, meski aku tak harus memilikinya.
...
Hari ini acara perpisahan di sekolah. Sedih juga rasanya harus berpisah dengan teman teman yang sudah 3 tahun mengarungi bahtera bersamaku. Dan kini, bahtera kami telah merapat di dermaga. Saatnya mengucapkan selamat tinggal dan bersiap menempuh jalan masing masing..
Namun hal yang paling berat di antara semua itu adalah kenyataan bahwa aku mungkin tak akan bertemu dengan reni lagi. Hari itu, entah dapat keberanian dari mana aku menyampaikan semua perasaanku padanya. Mungkin takkan merubah keadaan, tp setidaknya aku bisa melepasnya dengan perasaan lega. Aku tak memintanya jadi pacarku, karena kutau ia sudah punya pacar. Aku hanya ingin dia tau...
Sampai sekarang masih terngiang jelas dibenakku apa yang ia katakan waktu itu;
"arif, sebenarnya reni juga suka ma arif. Tapi sekarang reni udah punya pacar.. mungkin takdir belum mengizinkan kita untuk bersama, atau mungkin tuhan tau kita kan lebih bahagia jika hidup sebagai sahabat. Km cowo yang baik. Reni yakin, suatu saat nanti km kan temukan cewe yang baik juga. Yang bisa memberikan kebahagiaan lebih dibanding yang bisa reni berikan untuk arif"
kembali aku melihat senyum manisnya itu, namun kali ini kulihat matanya agak berkaca. Ah... Maafkan aku reni.
Ternyata reni gadis yang bijak, aku sama sekali tidak sakit hati mendengarnya. Bahkan aku bahagia, meskipun kami akan sangat jarang bertemu, namun perasaanku telah sampai padanya. Dan itu akan membuatku selalu merasa dekat dengannya..
...
Kini, aku dan dia masih sering telpon telponan dan smsan. Ktemunya cuma setaun sekali, pas lebaran. Itu juga cuma sebentar, hidup kami sudah jauh berbeda. Aku sadar takkan bisa bersamanya, namun rasa yang sudah ia berikan akan tertanam dihatiku selamanya..
selamanya..
ReplyDeleteyang pertama selalu akan mengukir sebuah cerita..
Deletetapi yang pertama belum tentu yang utama
blog kamu keren...
ReplyDeletesuka banget baca cerita yang ini...:)
bikin terharu juga...:')
ternyata cinta itu emang ga harus memiliki...
Linda_ he, makasih...
ReplyDeleteKok suka yg ini sih? padahal ngarangnya asal aja lho..Linda_ he, makasih...
Kok suka yg ini sih? padahal ngarangnya asal aja lho..
udah beberapa kali baca post yang ini..tetep suka..:)
ReplyDeletekayanya bikinnya dari hati banget yee..:D
hehe...
no comment aja dh...
ReplyDeletejadi malu sendiri. . . X)no comment aja dh...
jadi malu sendiri. . . X)
yee..malu ndiri dia x..hehe
ReplyDeleteasal jangan terbang aja...ntar jatohh lohh..whahaha..:D
keren....cinta pertama..mungkin itulah yang terindah...
ReplyDeleteCinta memang tak harus memiliki, tp ingat!!cinta berhak untuk dimiliki..jadi kejarlah cinta itu selagi mampu ;)
Terus berkarya ya sobat...
Yang pertama mungkin tak selalu yang utama. tapi yang pertama selalu dapat keistimewaan karena kenangannya.
ReplyDeleteSetuju banget tuh ama "cinta memang tak harus memiliki, tapi cinta harus dimiliki"
thanks.. :)
Mantapp!! ;)
ReplyDelete